Catatan Reportase :

Dari MassMin 2000 – Brisbane, Australia (6)

 

Brisbane, 02/11/00, 11:30 PM (20:30 WIB)

 

Seharian tadi rangkaian acara hari terakhir konferensi MassMin 2000 diisi dengan Workshop dan Diskusi Panel. Jumlah pesertanya tinggal kira-kira setengah dari hari-hari sebelumnya, karena memang sudah banyak peserta yang pulang meninggalkan arena konferensi dan tidak mengikuti acara diskusi panel. Peserta pameran juga sudah pada bubar.

 

Makalah-makalah yang dibahas seharian tadi cukup menarik, sehingga banyak peserta yang bertahan hingga selesai. Padahal selesainya agak molor hingga 45 menit, karena waktu yang disediakan untuk diskusi panel ternyata memang kurang panjang. Apa boleh buat, diskusi tetap harus diakhiri.

 

Agenda Workshop yang mengisi setengah hari pertama diisi dengan paparan beberapa tema yang terutama berkaitan dengan studi rock mechanic dalam kaitannya dengan penerapan sistem penambangan metoda caving. Di antaranya di tambang tembaga Philex di Philiphina, tambang tembaga Tongkuangyu di China, tambang tembaga El Teniente di Chili, tambang tembaga dan emas Freeport di Indonesia dan tambang tembaga dan emas Northparkes di Australia. Kajian tentang mekanika batuan ini memang mendominasi berbagai topik pembahasan selama konferensi karena mekanika batuan adalah parameter utama dalam penerapan metode caving endapan bijih masif.

 

Selepas istirahat makan siang, lalu memasuki forum diskusi panel yang mengetengahkan tiga topik berbeda, yaitu : “Cave Predictability”, “Equipment Selection and Future Technology” dan “Cave Planning and Construction”. Topik kedua tentang teknologi baru dalam operasi penambangan termasuk salah satu yang cukup menarik. Meskipun makalah yang disajikan oleh perusahaan alat-alat tambang Sandvik Tamrock selaku sponsor utama konferensi ini agak berbau promosi dagang, namun tetap saja ada hal-hal yang menarik untuk dikaji.

 

Presentasi dari Sandvik Tamrock yang dibawakan sendiri oleh Presidennya ini antara lain diisi dengan pengenalan alat-alat tambang, bawah tanah khususnya, yang berteknologi baru. Penggunaan alat-alat baru ini pada gilirannya akan merubah operasi suatu tambang dapat dilakukan dengan tele-mining, yaitu operasi penambangan yang dilakukan dari jarak jauh.

 

Diperlihatkan melalui tayangan video bagaimana operasi pemboran, pengisian bahan peledak dan peledakan bawah tanah dapat dilakukan hanya oleh seorang operator yang duduk di depan layar monitor di ruang kontrol. Demikian halnya operasi pengerukan, pengangkutan dan penumpahan hasil peledakan dengan menggunakan alat LHD, termasuk operasi pengangkutan dengan alat truck.

 

Bagi mereka yang sempat hadir di forum Minexpo 2000 di Las Vegas awal Oktober yll. Tentunya akan dapat berceritera lebih lengkap tentang peralatan tambang berteknologi tinggi dan tele-mining. Namun secara umum dapat dibayangkan ilustrasi seperti ini :

 

Seorang wanita cantik berpenampilan bak sekretaris di Jl. Sudirman - Jakarta, masuk ruangan kaca ber-AC, duduk manis di kursi yang empuk menghadap layar monitor, tangan dan jemarinya yang berkutek menggerak-gerakkan stick dan sesekali memencet tombol, sambil terus menatap layar monitor “memainkan” gambar alat bor, alat muat dan alat angkut. Pada saat yang sama alat-alat tambang yang sebenarnya sedang bergerak dan berjalan sendiri layaknya sebuah mainan mengeruk bongkahan bijih, memuat ke atas truck, mengangkut ke mulut crusher dan menumpahkan isinya.

 

Lalu pada kemana para underground miner yang memakai pakaian kerja tambang lengkap dengan lampu di topinya dan membawa piranti self rescuer, mengoperasikan alat bor, alat muat, alat angkut, pagi masuk tambang sore baru keluar atau sebaliknya? Ya digantikan oleh seorang wanita cantik itu.

 

Agaknya ilustrasi di atas tidak lama lagi bakal menjadi kenyataan, demikian yang sempat saya lihat dari tayangan video promosi alat-alat berteknologi tinggi untuk operasi tele-mining. Sudah barang tentu tidak semua jenis pekerjaan di tambang bawah tanah akan dapat di-tele-mining-kan. Barangkali pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa kejadian seperti ilustrasi di atas bukanlah hanya sebuah khayalan.

 

Apakah cocok diterapkan di setiap tambang, termasuk Indonesia? Itu soal lain. Mestinya akan ada peraturan yang mengaturnya. Kalau tidak, lha njuk mau dikemanakan tenaga kerja tambang yang ada saat ini, terutama yang ada di perusahaan-perusahaan besar yang dari segi investasi dan sumber dananya tidak mengalami masalah. Yang ingin saya katakan sebenarnya adalah bahwa harus ada pihak-pihak yang sudah mulai memikirkan untuk mengantisipasi hal-hal semacam itu, yang jelas bukan “hil yang mustahal”. Siapa ? Ya, embuh….. Asal jangan terlambat start saja dengan peserta lomba lari dalam rangka menyambut globalisasi.

 

***

 

Meskipun agenda konferensi sudah berakhir tadi sore, namun masih ada satu rangkaian kegiatan yang akan diselenggarakan besok tanggal 3 Nopember 2000 yaitu kunjungan tambang. Tambang yang akan dikunjungi adalah tambang tembaga Northparkes yang berada di wilayah kota Parkes di negara bagian New South Wales, Australia. Tambang Northparkes ini dikenal sebagai tambang yang mempunyai produktivitas paling tingi sedunia.

 

Malam ini saya mau mengepak-ngepak barang karena besok pagi akan bergabung dengan rombongan yang akan menuju ke tambang Northparkes. Direncanakan perjalanan akan ditempuh dari Brisbane naik pesawat ke selatan menuju Sydney, lalu disambung dengan penerbangan lagi kira-kira satu jam dari Sydney ke arah barat menuju kota Parkes.-

 

 

Yusuf Iskandar

 

 

[Sebelumnya][Kembali][Berikutnya]